Memasuki tahun 2009, sejumlah peristiwa berskala internasional yang berlangsung di sepanjang tahun sebelumnya (2008) kiranya perlu dicatat sebagai acuan untuk mawas diri dan membangun diri agar di tahun 2009 ini kita bangsa Indonesia dapat terus melangkah maju ke depan
Gagasan-gagasan tersebut, intinya menggalang kekuatan Dunia Ketiga (NEFO) yang terdiri dari banyak negara yang berada di empat benua ( Asia , Afrika dan Amerika Latin serta sebagian Eropa Timur) agar sebagai bekas negara-negara terjajah mampu berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) dan tidak kembali terjajah oleh Nekolim (neo kolonialisme dan imperialisme) .
Bung Karno selalu memperjuangkan bagaimana agar negara-negara yang pernah terjajah ini benar-benar merdeka secara politik, ekonomi maupun budaya dengan konsep Trisaktinya dan mampu melepaskan diri dari dominasi dan hegemoni kekuatan Blok Barat.sebagai kekuatan lama (OLDEFO) yang pernah menjajahnya.
Ketika itu, gagasan Bung Karno yang monumental tersebut dilontarkan dalam suasana Perang Dingin yang panas akibat terjadinya rivalitas antara Blok Barat (AS) dan Blok Timur (US) dan bahkan hampir saja terjadi perang nuklir yang bisa meluluh-lantakkan muka bumi dengan seluruh penghuninya ini.
Ini artinya, Bung Karno telah meletakkan dasar-dasar penyelamatan dunia dari belenggu penjajahan dan kehancuran meskipun dia sendiri di akhir hayatnya terbelenggu sebagai korban perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh sesama bangsanya sendiri.
Bung Karno boleh mati secara fisik. Namun gagasannya, api perjuangannya, justru hidup terus dan kini sedang mengubah dunia. Pembangunan di Tiongkok pasca Mao yang didasarkan pada "sosialisme khas Tiongkok" dan pembangunan di negara-negara Amerika Latin yang dilandasi oleh "neososialisme abad 21" sebagai antitesis neoliberalisme, serta pembangunan sosialisme Kuba di Karibia yang justru sudah dimulai oleh Fidel Castro ketika Perang Dingin masih panas, banyak diilhami oleh sosialisme ala Indonesia gagasan Bung Karno yang justru belum pernah lahir di bumi Indonesia sendiri.
Murid Bung Karno
Karena itu pula, baik Fidel Castro, Presiden Paraguay Fernando Lugo dan Presiden Venezuela Hugo Chavez, sama-sama menyebut dirinya bukan hanya sebagai pengagum tapi juga murid Bung Karno dalam membangun negaranya yang kesemuanya menempuh jalan sosialis abad 21 yang humanis dan religius, seperti sosialismenya Bung Karno.
Sementara itu Malaysia, negara yang pernah diganyang Bung Karno, kini malah lebih maju dari Indonesia yang mengganyangnya, dan para tokoh negeri itu, mulai Mahathir Muhamad, Akhmad Baidawi bahkan juga Anwar Ibrahim, sama-sama mengaku sebagai "Bung Karno kecil".
Ketika delegasi KADIN Indonesia bekunjung ke Tiongkok yang kini sedang bangkit menjadi negara adidaya baru, para pemimpin Kamar Dagang dan Industri di negeri itu mengakui bahwa Tiongkok modern dibangun dengan inspirasi sosialisme ala Indonesia gagasan Bung Karno.
Kekayaan alam
Perubahan mendasar yang terjadi di Amerika Latin dari neoliberalisme ke neososialisme mengakibatkan banyak perusahaan asing yang menguras kekayaan bumi milik negara-negara di kawasan tersebut mengalami nasionalisasi. Beberapa negara di kawasan ini yang kaya minyak dan sebelumnya selama puluhan tahun disedot untuk keuntungan kapitalis asing telah dinasionalisasi menjadi milik negara dan hasilnya untuk kesejahteraaan rakyat.
Venezuela dan Bolivia misalnya, di bawah kepemimpinan Presiden Hugo Chavez dan Evo Morales, membangun sosialisme di masing-masing negaranya dengan modal nasionalisasi kekayaan minyak dan gas bumi yang dimilikinya, tetapi yang selama puluhan tahun dikangkangi oleh kapitalis AS. Karena itu kalau di zaman Bung Karno ada seruan "go to hell" terhadap dominasi AS, di kawasan Amerika Latin pun menggema seruan serupa.
Akibatnya, ketika sebelumnya perusahaan migas negara selalu merugi, dengan sistem sosialisme sejak 2004 negara diuntungkan dengan pendapatan sebesar 64,5 miliar dollar AS setiap tahunnya. Angka yang cukup besar untuk menopang kebutuhan pembangunan nasional di negeri itu. Bahkan perusahaan migas yang semula dikuasai AS itu kemudian bisa mengalokasikan pemasukan bagi negara khusus untuk program sosial sebesar 10,3 miliar dollar.
Venezuela kini termasuk negara-negara penghasil minyak terbesar di dunia di kawasan Amerika Latin dengan cadangan 312 miliar barrel, angka yang melebihi besarnya cadangan minyak terbesar di dunia di Arab Saudi yang baru mencapai 260 miliar barrel. Padahal, bukan hanya Venezuela yag kaya minyak. Hampir semua negara di kawasan ini memiliki cadangan minyak yang amat besar.
Sebenarnya, Venezuela tidak murni melakukan nasionalisasi dalam arti pengambilalihan begitu saja. Yang terjadi adalah renegosiasi atau perbaikan kerjasama di mana pihak asing tetap mendapat kesempatan untuk memanfaatan ladang-ladang minyak yang ada, hanya saja 60 hingga 80 persen pendapatannya menjadi milik negara. Sedangkan sebelumnya pihak asing yang lebih diuntungkan dan sebagai imbalan penguasa lama Venezuela yang korup mendapatkan "royalty" yang masuk ke kantong kroni penguasa.
Karena itu pula langkah Chaves dalam membangun sosialisme di negerinya tidak berjalan mulus. Kroni penguasa lama yang merasa dirugikan bahkan mencoba melakukan kudeta pada 11 April 2002 yang lalu namun gagal.
Kekuatan baru Dunia Ketiga
Negara-negara Amerika Latin bukan hanya kaya cadangan minyak yang bahkan kekayaannya melampaui kekayaan cadangan minyak di negara-negara petrodollar di Timur Tengah. Di kawasan ini juga kaya akan cadangan emas, tembaga, perak dan gas alam yang rata-rata juga lebih besar daripada cadangan serupa yang dimilik oleh negara-negara dikawasan Timur Tengah.
Karena itu, Amerika Latin dengan negara-negaranya yang hampir semua sudah menempuh jalan sosialisme abad-21 diprediksikan akan menjadi kekuatan ekonomi dunia masa depan di belahan selatan, menyusul kebangkitan China, Vienam (kedua negara ini juga menempuh jalan sosialis) dan India di belahan utara.
Kesemuanya merupakan negara-negara Dunia Ketiga yang kebangkitan awalnya dimotori oleh Bung Karno melalui Konferensi A-A (Asia Afrika) dan A-A-A (Asia Afrika Amerika Latin) yang selanjutnya berkembang menjadi Gerakan Non Blok dan NEFO. Ya, Bung Karno punya gagasan, negara lain yang melaksanakan. Kapan Indonesia menyusul "murid-murid"nya? (SAS)
