Selasa, 02 Februari 2010

Respon 100 Hari SBY-Budiono; Empat Aktivis Gerram Ditangkap Polisi

PEKANBARU, Berdikari Online- Aksi massa merespon 100 hari pemerintahan neoliberal SBY-Budiono di Pekanbaru, Riau, Kamis (28/1) berakhir ricuh. Polisi menangkap empat orang aktivis Gerram, yaitu Tata Maulana dan Usman dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)-MPO, serta Hendra dan Antony Fitra dari Serikat Tani Riau (STR).

Menurut Ketua KPW PRD Riau, Bambang Aswedi, pemicu kericuhan ini adalah aksi provokasi Polisi menembakkan gas air mata kepada massa aksi, namun mengenai barisan anggota polisi lainnya.

“Polisi sangat brutal dalam aksi ini. Mereka telah melakukan penyerangan dan penangkapan tanpa alasan yang dapat dibenarkan,” katanya.

Bambang menjelaskan, pihak Gerram sama sekali tidak berniat menggelar aksi berbau kekerasan, melainkan berniat bertemu dengan pihak Bank Indonesia (BI) cabang Pekanbaru untuk menyampaikan sikap politik aliansi.
Seperti diketahui, sedikitnya 500 orang massa Gerram, gabungan dari organisasi mahasiswa, buruh, petani, kaum miskin perkotaan, melakukan aksi di depan kantor BI Pekanbaru. Sebagai bentuk kekecewaan terhadap mandeknya proses pengungkapan skandal Bank Century, massa pun membakar foto Budiono dan Sri Mulyani.

Dalam tuntutannya, Gerram menuntut agar pemerintahan SBY-Budiono segera melepaskan jabatannya, karena dianggap telah gagal mensejahterakan rakyat, memberantas korupsi, menjaga kedaulatan nasional, dan menegakkan pemerintahan bersih.

Terkait penangkapan empat orang temannya, para aktivis Gerram kemudian mendatangi kantor Poltabes Pekanbaru. Mereka menuntut pembebasan tanpa syarat terhadap keempat aktivis tersebut.

Tuntutan mereka tidak sia-sia, sebab pada malam harinya (23/1), keempat aktivis Gerram ini akhirnya dibebaskan oleh aparat kepolisian. Meskipun beberapa orang dikenakan wajib lapor, padahal tidak ditemukan bukti kesalahan. (*/)
 
Di Posting dari Berdikari Online
 

Berita SRMI.online Copyright © 2008 Designed by Dewan Pimpinan Nasional Serikat Rakyat Miskin Indonesia