SURABAYA, Berdikari Online- Komite Pimpinan Wilayah Partai Rakyat Demokratik (KPW-PRD) Jawa Timur menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk menarik segera menarik mandat terhadap kepemimpinan presiden SBY.
Hal ini disampaikan dalam aksi massa sedikitnya 700 orang aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) di Gedung Grahadi Surabaya, Kamis (28/1). Massa PRD membawa baliho berukuran besar bertuliskan “100 Pemerintahan SBY-Budiono Gagal Total”.
Menurut Ketua KPW PRD Jatim, Budi Santoso, kegagalan SBY-Budiono terjadi di seluruh aspek kehidupan rakyat, seperti angka kemiskinan yang terus bertambah, pengangguran terus meluas, kehancuran industry di dalam negeri, krisis energi berkepanjangan, hingga masalah pemberantasan korupsi.
“Kasus kriminalisasi terhadap KPK dan skandal Bank Century, menurut kami, hanya merupakan pelengkap terhadap kegagalan SBY-Budiono di segala bidang,” ujarnya.
Dikatakannya, ketika SBY-Budiono merestui pemberlakuan ASEAN-CHINA Free Trade Agreement(ACFTA), maka terdapat sedikitnya 7,5 juta orang pengangguran baru.
Meskipun pemerintah berdalih pendidikan gratis, lanjut Budi, biaya pendidikan yang sangat mahal terus memicu peningkatan angka putus sekolah. Saat ini, angka putus sekolah untuk jenjang pendidikan dasar berada di kisaran 3,01% untuk siswa ringkat SD, dan baru di kisaran 2,1% untuk siswa tingkat SMP.
Dalam aksinya, aktivis PRD menekankan kegagalan memberantas korupsi, terutama mengungkap skandal Bank Century, sebagai trigger kegagalan SBY-Budiono. Sebagai bentuk protes para pembayar pajak, aktivis PRD berupaya membakar NPWP mereka, namun digagalkan oleh aparat kepolisian.
“Kita para pembayar pajak tidak sudi pajak kita dikorup oleh rejim neoliberal SBY-Budiono,” ujar Koordinator Lapangan Hendraven Saragih dalam orasinya.
Hal ini disampaikan dalam aksi massa sedikitnya 700 orang aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) di Gedung Grahadi Surabaya, Kamis (28/1). Massa PRD membawa baliho berukuran besar bertuliskan “100 Pemerintahan SBY-Budiono Gagal Total”.
Menurut Ketua KPW PRD Jatim, Budi Santoso, kegagalan SBY-Budiono terjadi di seluruh aspek kehidupan rakyat, seperti angka kemiskinan yang terus bertambah, pengangguran terus meluas, kehancuran industry di dalam negeri, krisis energi berkepanjangan, hingga masalah pemberantasan korupsi.
“Kasus kriminalisasi terhadap KPK dan skandal Bank Century, menurut kami, hanya merupakan pelengkap terhadap kegagalan SBY-Budiono di segala bidang,” ujarnya.
Dikatakannya, ketika SBY-Budiono merestui pemberlakuan ASEAN-CHINA Free Trade Agreement(ACFTA), maka terdapat sedikitnya 7,5 juta orang pengangguran baru.
Meskipun pemerintah berdalih pendidikan gratis, lanjut Budi, biaya pendidikan yang sangat mahal terus memicu peningkatan angka putus sekolah. Saat ini, angka putus sekolah untuk jenjang pendidikan dasar berada di kisaran 3,01% untuk siswa ringkat SD, dan baru di kisaran 2,1% untuk siswa tingkat SMP.
Dalam aksinya, aktivis PRD menekankan kegagalan memberantas korupsi, terutama mengungkap skandal Bank Century, sebagai trigger kegagalan SBY-Budiono. Sebagai bentuk protes para pembayar pajak, aktivis PRD berupaya membakar NPWP mereka, namun digagalkan oleh aparat kepolisian.
“Kita para pembayar pajak tidak sudi pajak kita dikorup oleh rejim neoliberal SBY-Budiono,” ujar Koordinator Lapangan Hendraven Saragih dalam orasinya.
Selain PRD, aksi merespon 100 hari pemerintahan neoliberal SBY-Budiono juga diiikuti oleh sejumlah elemen pergerakan mahasiswa, seperti GMNI, BEM Unair, dan sebagainya. (ulf)
Di Posting Dari Berdikari Online