Jumat, 04 September 2009

PENOLAKAN HARGA NAIK BERLANJUT

SRMI Jawa Timur

Kediri, - Unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak yang sudah direncanakan pemerintah pusat, Jumat (9/5), terus terjadi di beberapa kota. Aksi yang dilakukan ibu rumah tangga, tukang becak, pedagang sayur, warga miskin, dan mahasiswa itu berlangsung di Makassar, Kediri, Yogyakarta, Semarang, Bandung, dan Sukabumi.

Puluhan warga di Kota Kediri, Jawa Timur, Jumat (9/5) pagi, menggelar unjuk rasa di sekitar jembatan Sungai Brantas, Kelurahan Pocanan. Pengunjuk rasa umumnya tukang becak, pedagang kecil, dan pemuda. Sejumlah tukang becak memarkir becak mereka di tepi jembatan Sungai Brantas, yang membentang di tengah Kota Kediri. Ibu-ibu pedagang sayur juga rela meninggalkan dagangan mereka beberapa jam untuk ikut unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM.

Para demonstran menuntut pemerintah mengkaji ulang rencana kenaikan harga BBM. Mereka berharap masih ada opsi lain yang bisa dilakukan pemerintah. Mereka juga meminta DPRD Kota Kediri tidak tinggal diam.

Ayub, tukang becak, menyatakan tak sanggup lagi menafkahi keluarga jika pemerintah jadi menaikkan harga BBM. Kenaikan harga bahan kebutuhan pokok saat ini saja membuat kehidupan keluarganya jauh dari cukup.

Murniati, pedagang di Pasar Bandar, Kota Kediri, menambahkan, saat ini harga sejumlah bahan pokok mulai naik. Padahal, kenaikan harga BBM belum direalisasikan. Beras jenis IR 64 kualitas medium yang pekan lalu masih Rp 4.200 per kilogram sekarang menjadi Rp 4.500. Banyak petani menolak menjual beras karena menunggu kenaikan harga BBM.

Di Makassar, sekitar 100 ibu rumah tangga berunjuk rasa di Kantor DPRD Sulawesi Selatan di Makassar. Mereka menyerukan penolakan terhadap rencana kenaikan harga BBM.

Para pengunjuk rasa berjalan dari depan Kampus Universitas Muslim Indonesia di Jalan Urip Sumohardjo, yang berjarak sekitar 1 kilometer dari Kantor DPRD Sulawesi Selatan. Mereka berjalan kaki dengan membawa puluhan spanduk dan poster berisi penolakan terhadap rencana kenaikan harga BBM.

Para pengunjuk rasa membagikan selebaran yang mengatasnamakan Dewan Pimpinan Kota (DPK) Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) Makassar.

Ketua DPK SRMI Wahidabaharuddin Upa menyatakan, pencabutan subsidi BBM bukan satu-satunya cara mengatasi masalah keuangan negara ini. DPK SRMI mengusulkan nasionalisasi perusahaan migas asing. Moratorium pelunasan utang luar negeri hingga kesejahteraan rakyat meningkat juga dianggap lebih tepat menyelesaikan kesulitan keuangan negara.

Membawa panci

Sekitar 100 warga miskin Kota Sukabumi, Jawa Barat, yang tergabung dalam Forum Rakyat Miskin Bersatu, juga melakukan unjuk rasa di Balai Kota Sukabumi. Warga yang didominasi oleh ibu rumah tangga itu berunjuk rasa dengan membawa perkakas rumah tangga, seperti panci, wajan, dan jeriken, sebagai bentuk protes terhadap rencana kenaikan harga BBM.

Seorang peserta unjuk rasa, Ny Ai (35), mengatakan, harga bahan-bahan pokok saat ini sudah tak terjangkau oleh masyarakat miskin seperti dirinya. Kalau harga BBM naik, harga bahan makanan pasti akan naik lebih tinggi lagi, kata Ai yang bekerja sebagai buruh serabutan.

Di Yogyakarta, Semarang, dan Bandung, unjuk rasa penolakan kenaikan harga BBM dilakukan mahasiswa. Di Yogyakarta, aksi bersamaan dengan datangnya sejumlah pejabat, termasuk Wakil Presiden M Jusuf Kalla, ke pernikahan anak Sultan Hamengku Buwono X. Di Probolinggo, Jatim, Organda setempat mulai merencanakan pengetatan trayek.
 
(Berita SRMI.online)
 

Berita SRMI.online Copyright © 2008 Designed by Dewan Pimpinan Nasional Serikat Rakyat Miskin Indonesia