SRMI Yogyakarta
JOGJA- Pemprov DIJ didesak mempertahankan dan terus melanjutkan program Gerakan untuk Kesejahteraan Balita (Garba). Alasannya, selain banyak memberikan manfaat, Garba juga sangat membantu keluarga miskin.
“Ibu yang hendak melahirkan dari keluarga miskin sangat terbantu dengan program Garba,” ujar Ketua Dewan Pimpinan Kita Serikat Rakyat Miskin Indonesia (DPK-SRMI) Kabupaten Bantul Dasar Widodo. Pernyataan Widodo itu disampaikan saat bersama puluhan orang SRMI mendatangi kantor Dinas Kesehatan Provinsi DIY Jalan Tompeyan kemarin.
Saat bertemu dengan Kepala Dinas Kesehatan Bondan Agus Suryanto, Widodo mengatakan sebagian masyarakat merasa resah dengan informasi akan dihilangkannya program Garba. Contoh itu dialami saat mengantarkan seorang ibu dari keluarga miskin yang hendak melahirkan di sebuah Puskesmas di Bantul. "Petugas Puskesmas bilang program Garba ditunda sehingga belum dapat berjalan,” kata Widodo.
Menanggapi laporan, Bondan mengatakan program Garba masih berjalan. Rinciannya, setiap ibu melahirkan normal di bidan swasta dijamin Rp 350 ribu. Persalinan dengan penyulitan dianggarkan Rp750 ribu dan bedah cesar Rp1,5 juta. Untuk mendapatkan bantuan Garba cukup membawa surat keterangan sebagai warga miskin. “Syarat itu sederhana,” ucap Bondan.
Selain program Garba, pemprov juga memiliki program jaminan bagi penyakit yang mengancam jiwa (life safing) seperti jantung, kanker dan leukimia. Juga ada program penanganan pertama gangguan kesehatan. Program terakhir itu mirip program Yogya Emergency System (YES) yang diluncurkan Pemkot Jogja.
Tahun ini anggaran Jamkesos totalnya mencapai Rp 25 miliar. Dengan anggaran sebesar itu diharapkan mampu mengkover perawatan penyakit tertentu yang membutuhkan biaya cukup besar. Misalnya, jantung dan cuci darah.
(Berita SRMI.online)