Laporan: Hendra Lamen Saputra
BANDAR LAMPUNG, Berdikari Online- Aksi massa untuk merespon 100 hari pemerintahan SBY-Budiono juga berlangsung di Bandar Lampung, Kamis (28/1). Sejak pagi, sedikitnya 500 orang dari Aliansi Parlemen Jalanan (APJ) sudah menggelar aksinya di depan Kantor Pemprov Lampung.
Awalnya, massa APJ berusaha menerobos barikade kawat berduri yang dipasang melintang di depan Kantor Pemprov. Namun, usai berhasil menerobos kawat berduri, massa berhadapan dengan barikade aparat kepolisian. Massa yang hendak bertemu dengan gubernur Gubernur Sjachroedin Z.P, akhirnya terlibat dorong-dorongan dengan aparat kepolisian.
Menurut koodinatot APJ Dewa Putu Adiwibawa, aksi ini dimaksudkan untuk menyampaikan sikap politik gerakan rakyat kepada Gubernur Lampung. “Kita mengingingkan Pemprov Lampung berdiri tegas menentang neoliberalisme dan korupsi, tidak mengikuti rejim SBY-Budiono”, tegasnya.
Menurutnya, program 100 hari SBY-Budiono telah menemui kegagalan total karena pilihan kebijakannya yang pro-neoliberal, mementingkan pasar dan modal asing, dan kurang memihak kepada rakyat dan kepentingan nasional.
“Ini sangat ironis, selama 5 tahun plus 100 hari perjalanan rejim SBY, kesulitan hidup rakyat Indonesia kian bertambah. Kami harus menghentikan proses nekolim ini,” tegasnya.
Sementara itu, Aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD), Badri menegaskan kegagalan SBY di bidang politik, terutama soal pemberantasan korupsi dan pemerintahan bersih. “SBY adalah rejim paling korup, sebab membiarkan KPK dikriminalisasi, lembaga hukum dipermainkan mafia, dan skandal Bank Century ditutupi,” imbuhnya.
Untuk itu, APJ menuntut presiden SBY segera mundur karena telah gagal menjalankan mandat dari rakyat Indonesia.
Aliansi Parlemen Jalanan (APJ) merupakan gabungan sejumlah organisasi pergerakan di Bandar Lampung, diantaranya Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND), Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI), Partai Rakyat Demokratik (PRD), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).(*/)
BANDAR LAMPUNG, Berdikari Online- Aksi massa untuk merespon 100 hari pemerintahan SBY-Budiono juga berlangsung di Bandar Lampung, Kamis (28/1). Sejak pagi, sedikitnya 500 orang dari Aliansi Parlemen Jalanan (APJ) sudah menggelar aksinya di depan Kantor Pemprov Lampung.
Awalnya, massa APJ berusaha menerobos barikade kawat berduri yang dipasang melintang di depan Kantor Pemprov. Namun, usai berhasil menerobos kawat berduri, massa berhadapan dengan barikade aparat kepolisian. Massa yang hendak bertemu dengan gubernur Gubernur Sjachroedin Z.P, akhirnya terlibat dorong-dorongan dengan aparat kepolisian.
Menurut koodinatot APJ Dewa Putu Adiwibawa, aksi ini dimaksudkan untuk menyampaikan sikap politik gerakan rakyat kepada Gubernur Lampung. “Kita mengingingkan Pemprov Lampung berdiri tegas menentang neoliberalisme dan korupsi, tidak mengikuti rejim SBY-Budiono”, tegasnya.
Menurutnya, program 100 hari SBY-Budiono telah menemui kegagalan total karena pilihan kebijakannya yang pro-neoliberal, mementingkan pasar dan modal asing, dan kurang memihak kepada rakyat dan kepentingan nasional.
“Ini sangat ironis, selama 5 tahun plus 100 hari perjalanan rejim SBY, kesulitan hidup rakyat Indonesia kian bertambah. Kami harus menghentikan proses nekolim ini,” tegasnya.
Sementara itu, Aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD), Badri menegaskan kegagalan SBY di bidang politik, terutama soal pemberantasan korupsi dan pemerintahan bersih. “SBY adalah rejim paling korup, sebab membiarkan KPK dikriminalisasi, lembaga hukum dipermainkan mafia, dan skandal Bank Century ditutupi,” imbuhnya.
Untuk itu, APJ menuntut presiden SBY segera mundur karena telah gagal menjalankan mandat dari rakyat Indonesia.
Aliansi Parlemen Jalanan (APJ) merupakan gabungan sejumlah organisasi pergerakan di Bandar Lampung, diantaranya Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND), Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI), Partai Rakyat Demokratik (PRD), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).(*/)
Di Posting Dari Berdikari Online