Bergantungnya republik Indonesia pada investasi asing, menyebabkan kekuatan ekonomi Indonesia sangat bergantung pada kondisi ekonomi global. Namun, krisis global yang saat ini menimpa beberapa negara dengan kekuatan ekonomi yang sangat besar, dinilai merupakan satu kesempatan untuk mengembalikan kemandirian negeri ini, seperti cita-cita para pendiri bangsa.
Beberapa masalah mendasar, menurut Ketua Umum Partai Persatuan Pembebasan Nasional, Agus Priyono, saat ini sedang menyelimuti kemandirian Bangsa Indonesia. Keresahan terhadap masalah yang dihadapi bangsa ini mendorongnya untuk mewujudkan koalisi bagi segenap pihak dari manapun latar belakangnya untuk kemandirian bangsa.
“Masalah kesejahteraan rakyat akibat tidak memiliki kadaulatan atau kemandirian ekonomi. Masalah kepemimpinan nasional yang selalu berkompromi dengan kepentingan asing atau global. Serta, masalah konstitusi dimana produk undang-undang sejak tahun 2004 oleh DPR RI semua diliberalkan. Sektor pertambangan, energi dan BUMN diliberalkan, sehingga lebih terbuka untuk dikuasai oleh asing,” urai Agus.
Koalisi pembebasan nasional untuk kemandirian Bangsa Indonesia ini, berusaha mempersatukan segenap pihak dari manapun latar belakang aliran politiknya. Tidak membedakan kalangan nasionalis maupun agamis. “Nasagor. Nasionalis, agamis dan gotong royong sebagai sifat bangsa Indonesia,” cetusnya.
Keberpihakan kepada masyarakat miskin atau terpinggirkan menjadi salah satu ukuran utama untuk turut dalam koalisi ini. Peningkatan kesejahteraan kaum tani, nelayan, buruh hingga prajurit TNI/ Polri menjadi jalan untuk kemandirian bangsa Indonesia. Sedangkan untuk berkoalisi dengan partai lain, kata Agus, menjadi pilihan Papernas karena tidak ikut verifikasi di KPU meski telah terdaftar di Departemen Hukum dan HAM. “Kami mengalami resistensi politik saat hendak mendeklarasikan diri di beberapa tempat,” ujarnya.
Meski demikian, tak memupus perjuangan Papernas dalam memperjuangkan kemandiran bangsa melalui jalur konstitusi. Setelah intens menjalin komunikasi dengan beberapa partai, saat ini telah terjalin koalisi dengan Partai Bintang Reformasi (PBR). Kesamaan program terutama menyangkut kemandirian bangsa, sebagai partai terbuka/ pluralisme, keberpihakan pada kaum terpinggirkan serta kepemimpinan kaum muda di PBR menjadi penopang koalisi Papernas dengan PBR.
“Sekitar 570 kader Papernas di seluruh Indonesia yang kini bergabung dengan partai-partai lain, sebanyak 270 maju melalui PBR,” ungkap Agus.
Para kader yang masuk ke parlemen, ditugaskan untuk memperjuangkan produk undang-undang yang lebih berpihak kepada ekonomi kerakyatan, investasi yang masuk berpihak pada penguatan ekonomi lemah hingga upaya penghapusan hutang luar negeri. Ketiganya dalam kerangka menuju kemandirian bangsa Indonesia. (ass)
Agus Priyono: